141.Benarkah Wanita lebih Rentan mengalami Nyeri Sendi di bandingkan Pria? Berikut adalah penjelasannya…!
www.konsep karnus.id
Nyeri sendi atau penyakit osteoatritis merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang seringkali dikeluhkan oleh hampir semua masyarakat di dunia. Saat sesorang terkena masalah nyeri sendi, umumnya mereka akan merasakan sakit yang terasa sangat menyiksa. Beberapa gejala umum penyakit nyeri sendi diantaranya adalah sendinya akan terasa sakit, sendi menjadi kaku, mengalami bengkak yang menyebabkan tubuh enggan untuk bergerak. Gejala nyeri sendi atau osteoartritis biasanya memiliki empat tahapan gejala. Pertama, pengidap akan merasakan nyeri saat sendinya digerakkan. Kemudian sendi akan terasa ngilu saat dia diam namun akan bertambah nyeri saat sendinya tersebut kembali digerakkan. Selanjutnya, akan terdengar suara gemeretak pada saat penderita nyeri sendi menghentakkan sendinya tersebut. Terakhir, pergerakan sendi yang sudah bermasalah tersebut akan semakin terbatas akibat adanya rasa sakit yang semakin menjadi dan menyiksa.
Memang betul, wanita ternyata jauh lebih rentan mengalami nyeri sendi daripada pria. Kenapa bisa begitu? Berikut penjelasannya!
Berdasarkan data dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, 1 dari 4 wanita didiagnosis mengalami penyakit artritis atau nyeri sendi. Wanita lebih banyak mengalami penyakit nyeri sendi dibanding pria yang hanya 1 dari 5 kasus. Hal ini karena berkaitan dengan adanya perubahan hormon pada wanita. Kebanyakan kasus nyeri sendi atau osteoartritis umumnya terjadi pada wanita yang sudah menopause. Wanita yang mengalami menopause sudah tidak lagi memproduksi hormon estrogen, sehingga jumlah hormon estrogen dalam tubuh akan berkurang pada saat wanita mengalami menopause.
Apa hubungannya hormon estrogen dengan penyakit nyeri sendi?
Berikut adalah penjelasan singkatnya: Tulang dan sendi secara alamiah sebenarnya akan mengalami pengeroposan dan kemudian akan terjadi pembentukan sel tulang yang baru. Kedua proses tersebut saling mengimbangi satu dengan yang lainnya. Sehingga tulang akan selalu memperbaharui dirinya sendiri agar tetap kuat dan fleksibel. Apabila pengeroposan lebih besar di banding pembentukan sel baru maka tulang akan menjadi keropos dan mudah mengalami patah tulang, sedangkan apabila pembentukan tulang baru jauh lebih banyak di banding tingkat pengeroposannya maka tulang akan tumbuh pesat melebihi normalnya bahkan bisa mengakibatkan kanker tulang.Oleh karena itu kedua proses harus terjadi dalam seimbang agar tulang bisa sehat dan normal.
Yang memiliki peran dalam pengeroposan dan pembentukan sel tulang baru tersebut adalah sel tulang yang di sebut Osteoklas dan osteoblas. Osteoblas adalah bagian dari sel tulang yang berperan dalam pembentukan tulang baru. Sedangkan osteoklas adalah bagian sel tulang yang berperan dalam pengeroposan tulang. Secara alamiah pengeroposan tulang memang diperlukan agar tulang yang sudah mengeras bisa dibentuk ulang sehingga tulang tersebut bisa tumbuh kembali menjadi lebih besar dan panjang. Proses pengeroposan tulang juga diperlukan untuk membentuk saluran-saluran pembuluh darah di dalam tulang. Pembuluh darah yang ada di dalam tulang ini bertujuan untuk menyuplai nutrisi ke dalam sel tulang. Meskipun pengeroposan tulang itu diperlukan namun tentu saja jumlahnya harus di batasi supaya tulang tidak semakin keropos. Sehingga osteoklas harus di batasi. Nah yang memiliki peran penting untuk membatasi proses terbentuknya osteoklas ini salah satunya adalah hormon estrogen. Selain sebagai hormon sexual kewanitaan, hormon estrogen juga ternyata berperan penting dalam kontrol aktivasi osteoclas, dalam hal ini mencegah terbentuknya osteoclas. Sehingga apabila hormon estrogen pada tubuh wanita berkurang maka proses pengeroposan tulang akan semakin banyak terjadi dan tulang akan semakin rapuh dan keropos. Selain itu, pembentukan cairan sinovial di sendi juga akan semakin berkurang sehingga bisa menyebabkan terjadinya gangguan pada persendian. Jadi cukup jelas di sini, hubungan antara penurunan jumlah hormon estrogen dengan terjadinya penyakit nyeri sendi atau osteoartritis, ternyata keduanya memiliki kaitan erat.
Solusi untuk mengatasi terjadinya pengeroposan tulang dan penurunan cairan sendi
Untuk mengimbangi terjadinya pengeroposan tulang dan penurunan jumlah cairan sendi maka tubuh harus meningkatkan pembentukan osteoblas dan menyediakan nutrisi yang diperlukan oleh sel tulang. Osteoblas akan membangun jaringan sel tulang baru. Namun masalahnya adalah pada usia lanjut, tubuh kita mengalami penurunan kemampuan untuk membangun bahan utama pembentuk tulang dan cairan sendi tersebut. Apakah bahan baku utama tersebut?
Salah dua bahan utama untuk pembentukan tulang baru adalah mineral kalsium dan protein kolagen. Namun efisiensi asupan kalsium untuk pembentukan tulang ternyata dipengaruhi oleh jumlah kolagen. Ketersediaan kolagen yang cukup di dalam tubuh akan meningkatkan efisiensi asupan mineral kalsium pada tulang. Jadi kolagen ini selain sebagai salah satu bahan baku utama pembentuk tulang juga memiliki peran penting pada pengaturan penyerapan kalsium yang diperlukan untuk pembentukan tulang.
Selain keduanya itu, kolagen juga menjadi bahan baku utama untuk pembentukan cairan sendi.
Jadi, kolagen adalah nutrisi untuk sel tulang yang diperlukan untuk membangun cairan sendi sinovial, pembentuk tulang dan juga bahan baku pembentuk jaringan fibril kulit dan berbagai organ di dalam tubuh kita. Wah, ternyata begitu pentingnya peran kolagen untuk tubuh kita!!!
Kolagen secara alamiah sebenarnya bisa di buat oleh tubuh kita sendiri. Hanya saja masalahnya, produksi kolagen di dalam tubuh kita akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia, terutama jika usia sudah di atas 20 tahun. Oleh karena itu asupan makanan yang mengandung nutrisi kolagen sangat direkomendasikan untuk dikonsumsi secara rutin, sebagai langkah upaya perawatan tulang, kulit dan berbagai organ dalam tubuh supaya tetap sehat alami dan normal.
Perlu di fahami bahwa kolagen selain memiliki peran yang sangat penting dalam membangun jaringan tulang, kolagen juga diperlukan untuk pembentukan jaringan fibril organ kulit, dan berbagai organ dalam lainnya seperti organ lambung, ginjal, jantung dan paru. Oleh karena itu, kebutuhan terhadap kolagen cukup penting.
Perubahan jumlah kolagen yang ada dalam tubuh pastinya akan mempengaruhi pada kekuatan tulang dan juga akan mempengaruhi pada kesehatan organ dalam dan kulit. Termasuk cairan pengisi sendi atau sinovial.
Jumlah cairan sinovial yang berkurang akan menyebabkan terjadinya penurunan fleksibilitas tulang sendi sehingga menimbulkan rasa nyeri pada sendi. Bantalan sendi akan mudah mengalami peradangan dan lama-kelamaan akan menyebabkan kerusakan pada tulang sendi yang ditandai dengan adanya rasa sakit yang menyiksa. Bantalan sendi akan menipis sehingga kedua ujung tulang akan saling bergesekan dan menyebabkan kerusakan pada kedua pangkal tulang.
Komentar
Posting Komentar